Contoh Teks Novel Sejarah Lengkap Ciri, Struktur Cerita, Kebahasaan | Bahasa Indonesia Kelas 12
Kita kemarin sudah membahas Teks Editorial. Namun Teman KOCO, pernahkah kamu membaca teks novel sejarah? Misalnya, cerita tentang Pangeran Diponegoro, atau sejarah kerajaan lainnya. Dari cerita teks sejarah tersebut akan membuat kamu memahami kronologi sebuah fakta ataupun peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Yuk kita kenali lebih mendalam seputar teks novel sejarah di artikel ini!

Pengertian Teks Novel Sejarah
Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan suatu masyarakat pada masa lalu bangsanya. Novel sejarah merupakan novel yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan. Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel atau cerita ulang (rekaan). Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri atas tiga jenis sebagai berikut.
Rekon pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung. | Rekon faktual (informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain. | Rekon imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci. |
Novel sejarah cenderung tergolong di dalam rekon imajinatif yang didasarkan atas fakta-fakta sejarah, kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tidak muncul dalam fakta sejarah seperti, kegemaran, emosi, dan keluarga. Informasi penting dalam dalam novel sejarah lebih mengarah pada fakta sejarah yang dijadikan latar penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta tersebut.
Struktur Teks Novel Sejarah
Novel sejarah juga mempunyai struktur teks yang sama dengan struktur novel lainnya yaitu:
- Pengenalan suatu cerita (exposition, orientasi) : bagian pengenalan setting dan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.
- Pengungkapan peristiwa : disajikan bagian awal permasalahan, pertentangan, atau kesukaran yang dialami tokoh.
- Menuju konflik (rising action) : keterlibatan situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
- Puncak konflik (turning point, komplikasi) : bagian yang disebut juga klimaks, bagian yang mendebarkan yang ditentukan pula perubahan nasib para tokoh.
- Penyelesaian (evaluasi, resolusi) : bagian yang berisi penjelasan atau penilaian tentang sikap dan nasib-nasib para tokoh setelah mengalami kejadian puncak. Bagian ini juga sebagai wujud akhir dari kondisi/nasib akhir tokoh utama.
- Koda : bagian berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita yang berfungsi sebagai penutup. Tidak semua novel terdapat koda, ada yang menyerahkan kesimpulan akhir cerita kepada para pembacanya yang menebak penyelesaian cerita.
Kaidah Kebahasaan
Novel sejarah menggunakan bahasa konotatif dan emotif, bahasa novel tetap mengacu pada bahasa yang digunakan masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan bahasa ini diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan (style). Berikut kaidah kebahasaan pada novel/cerita sejarah:
- Menggunakan kalimat bermakna lampau.
- Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal). Seperti sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
- Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja mental).
- Menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Misalnya, mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
- Menggunakan kata kerja mental yaitu menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Misalnya merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap.
- Menggunakan banyak dialog yang ditunjukkan dengan tanda petik (“…..”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
- Menggunakan kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Selain kaidah kebahasaan di atas, novel sejarah juga menggunakan kata atau frasa yang bermakna kias dan juga menggunakan peribahasa. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan imajinasi pembaca dan memperindah cerita. Perhatikan contoh berikut.
Kata bermakna kias | Peribahasa |
Di sebelahnya, Gajah Mada membeku. (Membeku artinya diam saja)/ | Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja, hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga. (Peribahasa yang dicetak miring diatas merupakan peribahasa Jawa, yang artinya hidup makmur aman tentram). |
Nilai-Nilai Implisit
Setiap karya sastra memiliki nilai (value) yang diungkapkan pada unsur-unsur cerita secara implisit. Nilai yang terkandung dalam novel sejarah yaitu:
a. Nilai budaya adalah nilai yang memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.
b. Nilai moral/etik adalah nilai yang memberikan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika dan moral.
c. Nilai agama adalah nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada hal-hal religius.
d. Nilai sosial adalah nilai tentang tata pergaulan antara individu dalam masyarakat
e. Nilai estetis adalah nilai yang berkaitan dengan keindahan, baik keindahan struktur pembangun cerita, fakta cerita, maupun teknik penyajian cerita.
Karya sastra juga memiliki nilai manfaat bagi pembaca. Konsep nilai mengacu pada kebermanfaatan terhadap kehidupan manusia dan biasanya bersifat universal dan abadi. Misalnya nilai sosial yang menyatakan bahwa manusia hidup selalu membutuhkan orang lain. Nilai ini berlaku sejak dahulu hingga saat ini, yang artinya banyak nilai dalam novel yang masih relevan dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang.
Langkah Menulis Teks Novel Sejarah
Ketika kamu akan menulis sebuah novel sejarah tentang seseorang atau pribadi, hal yang pertama harus dilakukan adalah menentukan peristiwa sejarah (peristiwa yang terjadi di masa lalu) yang akan kamu kembangkan menjadi novel sejarah. Dalam novel sejarah, penulis menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh dengan menggunakan latar peristiwa sejarah. Menulis novel sejarah berarti mengemas fakta sejarah dengan rekaan penulis yang disertai dengan pengetahuan yang baik dari penulis. Hal tersebut termasuk dalam menyusun kerangka novel sejarah.
Sebelum menulis yang perlu dilakukan yaitu memperbanyak referensi bacaan dari berbagai sumber, mencari dan menggali informasi dari suatu observasi atau wawancara. Kemudian membuat sinopsis, membuat karakter tokoh, serta penggambaran latar waktu, tempat, dan suasana.
Salah satu metode yang digunakan dalam menulis cerita sejarah yaitu metode inkuiri. Metode inkuiri merupakan strategi penulisan dengan melihat peristiwa yang terjadi di sekitar kita, mengajukan beragam pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan meringkas, menggambarkan karakter tokoh dan latar, lalu mengembangkannya menjadi sebuah karya yang diakhiri dengan solusi.
Dapat disimpulkan langkah dalam menulis dan mengembangkan teks cerita sejarah, sebagai berikut.
1) Membuat draf awal berupa kerangka peristiwa
2) Membuat bagan dengan identifikasi tokoh dan latar
3) Membuat ilustrasi visual setiap tokoh
4) Menentukan konflik dalam cerita
5) Menarasikan dengan mengembangkan imajinasi cerita.
Contoh Teks Novel Sejarah
Struktur orientasi dan menuju konflik atau komplikasi pada teks berjudul Mangir

Struktur puncak konflik atau klimaks, resolusi, dan koda pada teks berjudul Mangir

Struktur koda pada teks berjudul Mangir

Usai menyimak pemaparan diatas, kini kamu makin mahir menguasai seputar teks novel sejarah. Penasaran, kan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman materi yang kamu miliki? Yuk kerjakan TEMU (Tes Kemampuan Kamu) di Kelas BESTIE , ya!
Oiya, Minco alias Mimin KOCO juga mau kasih bocoran, nih kalau KOCO Star juga menyediakan media pembelajaran jika kamu masih butuh penjelasan yang lebih lengkap lagi. Langsung klik gambar banner ini, ya!
Dapatkan juga akses ke ribuan materi atau video belajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta bantuan langsung dari para guru secara live online dengan berlangganan KODIO Learning. “No one has the ability to do something perfectly. But each person is given a lot of opportunities to do something right.”