Pengertian Inflasi, Jenis, dan Penyebabnya | Ekonomi Kelas 11
Hai, Teman KOCO! Sudah tau belum, harga mie instan sekarang naik lho! Waduh, teman pengganjal perut saat malam hari kita lagi gak baik-baik aja nih. Harga mie instan yang melambung tinggi ini salah satunya disebabkan karena efek dari perang Ukraina-Rusia, sehingga membuat produksi tepung dan gandum menjadi langka. Kondisi ini disebut juga dengan inflasi, Teman KOCO! Dimana semua barang dan jasa mengalami kenaikan harga secara terus-menerus. Kalo nggak segera diatasi bisa bahaya banget untuk perekonomian negara. Tapi sebenarnya apa sih itu inflasi? Apa saja penyebabnya? Yuk, cari tahu selengkapnya di sini!
Pengertian Inflasi
Seperti yang sudah Minco jelaskan di awal, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus (kontinu) dalam jangka waktu tertentu. Inflasi juga dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) : Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen : Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas : Indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Teori-teori Inflasi
Selain pengertian dari inflasi, ada beberapa teori terkait inflasi yang perlu kamu ketahui. Teori-teori tersebut adalah teori kuantitas, teori Keynes, dan teori strukturalis. Berikut penjelasannya masing-masing:
Teori Keynes
Dalam teori ini, inflasi didasarkan atas teori makronya. Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya.
Teori kuantitas
Untuk teori ini bisa dibilang teori yang paling tua. Dimana, teori ini menyoroti peranan dalam proses inflas dari jumlah uang yang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai harga-harga (expectations).
Teori strukturalis
Selanjutnya yaitu teori strukturalis yang mana menyoroti berbagai penyebab munculnya inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi terutama yang terjadi di negara-negara berkembang.
Penyebab Inflasi
Tentu saja inflasi tidak akan terjadi begitu saja tanpa ada sebabnya. Beberapa penyebab inflasi adalah sebagai berikut:
- Kenaikan permintaan melebihi penawaran (demand pull inflation) dimana inflasi terjadi disebabkan oleh naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.
- Kenaikan biaya produksi (cost push inflation) dimana inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan.
- Meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (money in circulation).
- Berkurangnya jumlah barang di pasaran artinya jumlah barang yang ada di pasar atau jumlah penawaran barang mengalami penurunan.
- Inflasi dari luar negeri (Imported Inflation).
- Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation).


Coba perhatikan kedua grafik di atas. Pada grafik atau kurva demand pull inflation terlihat bahwa karena permintaan yang meningkat, kurva permintaan bergeser dari D1D1 ke D2D2. Pergeseran tersebut mengakibatkan kenaikan harga dari OP1 menjadi OP2. Berbeda halnya dengan kurva cost push inflation, pada kurva ini tampak bahwa karena kenaikan biaya produksi maka kurva penawaran bergeser dari S1S1 ke S2S2. Pergeseran tersebut mengakibatkan harga naik dari OP1 menjadi OP2.
Dampak dan Efek Inflasi
Bagi perekonomian nasional, inflasi akan berdampak pada beberapa hal di antaranya yaitu:
- Investasi berkurang
- Mendorong tingkat bunga.
- Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.
- Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.
- Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan datang
- Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.
- Menimbulkan defisit neraca pembayaran
- Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan, efek yang ditimbulkan dari inflasi terbagi menjadi tiga, yaitu:
Equity effects
Inflasi dapat memberikan efek terhadap pendapatan. Walaupun sifatnya tidak merata, namun ada pihak-pihak tertentu yang masih diuntungkan. Sayangnya, untuk seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi ini.
Efficiency effects
Inflasi bisa juga mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
Output effects
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengurangi laju inflasi pada suatu negara, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan moneter yaitu kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam rangka mencapai kestabilan ekonomi. Kebijakan moneter antara lain sebagai berikut:
- Politik Diskonto (discount policy)
- Politik Pasar Terbuka (open market policy)
- Politik Cadangan Kas (cash ratio policy)
- Kebijakan kredit selektif
- Kebijakan dorongan moral (moral suasion).
Tidak hanya itu saja, pemerintah juga dapat mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mengatasi inflasi. Kebijakan fiskal ini dilakukan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran di dalam suatu negara. Kebijakan fiskal berupa:
- Sistem Perpajakan
- Politik Anggaran
- Pinjaman Pemerintah
Selain itu, pemerintah sering membutuhkan kebijakan nonmeter dan nonfiskal yang mempunyai arti sebagai kebijakan untuk mengatasi inflasi dengan tidak memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan pengeluaran negara. Bentuk kebijakan tersebut di antaranya:
- Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.
- Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi.
- Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum.
Bagaimana, Teman KOCO? Sudah mulai paham kan dengan materi kali ini?
Kalau kamu ada pertanyaan, langsung tulis di kolom komentar, ya.
Kamu juga bisa mendownload rangkuman materi gratis atau bertanya langsung dengan guru menggunakan KOCO Star.
Yuk, dapatkan semua aksesnya dengan klik banner di bawah ini!
